
Jakarta, JurnalSultra.com – Di tengah derasnya arus informasi dan perkembangan kecerdasan buatan (AI), ada dorongan kuat bagi masyarakat untuk selalu berkomentar dan memberikan pendapat. Media sosial memperkuat fenomena ini, seolah diam adalah tanda ketidaktahuan, dan respons cepat adalah bukti kecerdasan.
Namun, Thobib Al Asyhar, Dosen Psikologi Islam SKSG Universitas Indonesia sekaligus Direktur GTK Madrasah Kemenag RI, mengingatkan bahwa tidak semua pertanyaan harus dijawab. Ia mengutip Ibnu Athaillah as-Sakandary, yang menegaskan bahwa seseorang justru bisa disebut bodoh jika ingin menjawab semua pertanyaan tanpa memahami keterbatasannya.
Dalam artikel yang dirilis, ia menyoroti pentingnya kebijaksanaan dalam berbicara. Al-Qur’an pun telah menegaskan keterbatasan ilmu manusia: “Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. Al-Isrâ` [17]: 85). Karena itu, tergesa-gesa dalam menjawab pertanyaan justru bisa menjadi blunder.
Fenomena ini juga tercermin dalam dunia politik, di mana banyak politisi memilih untuk berkata “no comment” demi menjaga strategi komunikasi mereka. Jika setiap pertanyaan dijawab tanpa pemahaman mendalam, dapat menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan konsekuensi yang merugikan.
Sejarah juga mencatat bagaimana para ulama dan sufi memahami batasan dalam menyampaikan ilmu. Abu Hurairah ra., sahabat Rasulullah saw., pernah mengatakan bahwa ada ilmu yang ia simpan karena khawatir umat tidak bisa menerimanya. Al-Hallaj, seorang sufi, harus menghadapi hukuman mati karena ucapannya yang sulit dipahami oleh masyarakat umum.
Dalam era digital, di mana debat sering terjadi tanpa kedalaman ilmu, refleksi ini menjadi relevan. Thobib Al Asyhar mengajak masyarakat untuk tidak tergesa-gesa dalam memberikan opini atau terlihat pintar. Terkadang, diam adalah tanda kecerdasan sejati.
“Ilmu butuh perenungan, butuh keheningan. Jangan terburu-buru ingin terlihat pintar, karena kadang diam adalah pilihan yang lebih cerdas,” tutupnya.
Thobib Al Asyhar (Dosen Psikologi Islam SKSG, Universitas Indonesia, Direktur GTK Madrasah, Kemenag RI)