Jakarta, JurnalSultra.com – Penyakit tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman kesehatan global, dengan Indonesia menempati peringkat kedua di dunia dalam jumlah kasus baru. Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2024 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia mencatat 1.090.000 kasus TBC baru setiap tahun, dengan angka kematian mencapai 125.000 jiwa.
Sekretaris Ditjen Penanggulangan Penyakit Kementerian Kesehatan RI, dr. Yudhi Pramono, MARS, menegaskan bahwa semua orang berisiko tertular TBC. Namun, kelompok tertentu memiliki risiko lebih tinggi, seperti orang yang tinggal serumah atau memiliki kontak erat dengan pasien TBC, orang dengan HIV (ODHIV), perokok, penderita diabetes melitus, bayi, anak-anak, lansia, warga binaan pemasyarakatan, tunawisma, pengungsi, serta masyarakat di permukiman padat dan miskin.
“Bakteri Mycobacterium tuberculosis bisa bertahan selama beberapa jam di ruangan lembap dan gelap. Jika seseorang dengan daya tahan tubuh rendah menghirup droplet yang mengandung bakteri ini, risiko terinfeksi menjadi lebih besar,” jelas Yudhi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (31/1).
Untuk menekan penyebaran TBC, Kemenkes memperkuat strategi investigasi kontak. Sesuai dengan Surat Edaran Dirjen P2P Nomor HK.02.02/C/2175/2023, setiap kasus TBC harus diikuti dengan pemeriksaan terhadap minimal delapan orang yang memiliki kontak erat dengan pasien.
“Investigasi kontak dilakukan oleh tenaga kesehatan atau kader dengan metode door to door atau jemput bola langsung ke rumah pasien dan orang-orang yang berkontak erat,” ungkap Yudhi. “Jika ada yang menolak kunjungan, mereka akan diundang ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) untuk menjalani skrining.”
Selain itu, investigasi juga mencakup lingkungan kerja, sekolah, dan tempat bermain bagi anak-anak yang terdiagnosis TBC. Jika ada individu yang menunjukkan gejala, mereka akan menjalani pemeriksaan lebih lanjut, sementara yang tidak bergejala akan dipertimbangkan untuk mendapatkan Terapi Pencegahan TBC (TPT).
Untuk mendukung mobilitas tenaga kesehatan dan kader dalam investigasi, petugas sering kali menjemput pasien menggunakan kendaraan pribadi atau ambulans dari puskesmas dan desa.
Kemenkes mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap penyebaran TBC dan segera memeriksakan diri jika mengalami gejala seperti batuk berkepanjangan, demam, berkeringat di malam hari, dan penurunan berat badan drastis.
Untuk informasi lebih lanjut, masyarakat dapat menghubungi hotline Halo Kemenkes di 1500-567, SMS 081281562620, atau email kontak@kemkes.go.id.